Jumat, 24 April 2015

KAA 60: Membangkitkan bangsa Indonesia?

 

 

Saya berharap, tulisan saya ini bisa dalam pembahasannya, tapi sulit berkonentrasi, haH!!

Besok adalah hari terakhir konferensi Asia Afrika 60 yang diadakan di Jakarta Convention Center, yang pada hari terakhirnya go to Bandung untuk mengenang sejarah. Ada yang menyebut dengan Konferensi Bandung, sejarahnya merupakan kumpulan negara-negara Asia-Afrika yang baru saja lepas dari penjajahan, mereka berkumpul dan bertekad menentang terhadap penjajahan. (Informasi Lengkap baca: Wikipedia)

 

 

Dulu, KAA digelar pada 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka. Waktu itu Konferensi Asia Afrika digelar di Indonesia, Burma, Sri Lanka, India, dan Pakistan dengan tujuan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Negara-negara di Asia  dan Afrika, serta melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Unisoviet, atau Negara imperialis lainnya.  Pada ujungnya konferensi ini membentuk Gerakan Non-Blok pada 1961. 

 

 

Pergerakan Non Blok adalah tiada keberpihakan antara Blok Barat yang dikomandai oleh Amerika  dan Blok timur yang dikomandoi Uni Soviet saat itu. Gerakan Non Blok bebas bersahabat dengan siapa pun namun persahabatan tanpa ikatan apapun, maskudnya persahabatan murni dalam meningkatkan kerja sama ekonomi bukan kerja sama sebab politik mendukung perang dingin antara  Blok Barat dan Blok Timur.

 

 

Indonesia sangat perlu memperingati KAA itu sebab itu adalah gebrakan dunia menentang perang melawan penjajahan oleh negara-negara sombong itu. Indonesia harus bangga sebagai Negara yang punya sejarah seperti itu. Indonesia pernah mempunyai taji di hadapan Negara-negara preman. Indonesia meski bangkit dengan sejarah itu. Indonesia tidak boleh melupakan sejarah itu, kalau dulu ia adalah singa yang mengaum.

 

 

Peringatan KAA yang kini telah sampai pada tahun ke 60, tiap tahun diperingati oleh Indonesia untuk mewujudkan betapa Indonesia adalah pernah bertaji dan membangkitkan taji itu. Tentu, itu menjadi mustahil jika membangkitkan tanpa ada perencanaan yang matang tau kalau mau hanya menjadi seremonila tanpa bereksistensi.

 

 

24 April 2015 tadi, merupakan penutupan KAA 60 di Bandung, tentu adalah keharusan mewujudkan Dasasila Bandung yang di baca kembali tadi oleh Bapak Ridwan Kamil, selaku Wali Kota Bandung. Bukankah itu esensi dari KAA?

 

 

Betapa kemiskinan terus menggerogoti rakyat ketika system-sistem ekonomi ini tetap dipelihara. KAA 60 adalah layaknya air yang diguyur pada orang yang sedang tidur. Tentu, harapan kami orang tidur itu tidak sedang memakai jas hujan. Sebab 60 tahun adalah waktu yang lama, bisa nggak ia bangun dari tidur? Jangan-jangan sangking lamanya tidur ia sudah mati.

 

 

Selain ia diguyur air, mungkin juga perlu stimulasi layakya membangkitkan Kumbakarna dalam wiracarita Ramayana itu, yakni dibangunkan dengan makanan-makanan yang enak, artinya membangkitkan bangsa yang sedang tidur ini mungkin bisa dengan itu, tapi entah apa stimulusnya?

 

 

Kalau tetap tidak bisa bangun lagi, wah bahaya!

 

 

Oh ya, ada bisnis online bagus sobat, yakni di Neobux anda bisa daftar disini 

 

Tentu harus bisa, tidak bisa ada tawaran untuk tidak bisa bangkit. Sebab, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin atau kalau tidak bisa akan hancur. 

 

 

Telah lama tidur. Tidak hanya sehari atau dua hari namun telah tidur selama 60 tahun. Pertanyaannya, kalau bangun dari tidur apa ia tidak bingung. HaH!!

 

 

Bagaimana kalau dia berjalan ngawur? Berjalan ngawur saja asal bisa menunjukkan betapa saya adalah orang  hebat yang dulu pernah disegani orang karena punya daya explorasi dan super hero di masanya. Apa nggak malah Cuman jadi tontonan anak kecil? Jangan salah, anak kecil itu suka memainkan benda-benda yang menurutnya menarik, tidak serem dan lucu. Bagaimana kalau yang membuat tontonan itu tukang sirkuit ? Bisa-bisa orang itu cukup jadi hiburan belaka tanpa punya taji untuk revolusi. Okelah kita pahami, orang itu punya daya kemampuan explorasi yang luar biasa dan mampu menjadi hero dalam jagad raya sekarang. Tapi sayangnya  orang ini kadung menjadi kacung. Pertanyaannya, apakah ia tetap bertaji? sementara explorasinya adalah hasil program dari juragan. Apakah ia bisa merdeka dari juragannya, sementara ia sadar namun ia merasa itu tidak penting. Baginya, sekarang adalah kepemimpinan global. Harapan saya untuk garuda, saya hanya bisa mendo’akan, dan jangan pernah meremehkan kekuatan do’a.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar